Rabu, 07 Maret 2018

ADA APA DENGAN KABUPATEN YAHUKIMO?



Ada Apa Dengan Kabupaten Yahukimo?
-          Elius Heluka
Daerah Pegunungan lain sudah membangun berdasarkan visi dan misi. Sebenarnya ada apa dengan Kabupaten Yahukimo? Tanggungjawabnya siapa? Apakah hanyalah visi dan misi sebagai dompet tebal? Atau Politik? Cobahlah Pengganguran di Kabupaten Yahukimo sebanyak 872 orang Sarjana baik S-2 dan Sarjana S-1 dengan berbagai kosentrasi lulusan pada saat ini. peneliti telah melakukan pendataan dengan sangat sederhana dan objektif untuk mendapatkan informasi tentang lulusan sarjana terbanyak di Kabupaten Yahukimo sangat menyakitkan.
Jika visi berbicara mengenai tujuan yang akan dicapai Pemerintah Daerah, misi adalah apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan nilai adalah pedoman perilaku dalam menjalankan misi untuk mewujudkan visi. Visi, misi, dan nilai apabila diaplikasikan oleh setiap Pemimpin maka akan melahirkan makna bekerja. Pegawai Kabupaten Yahukimo dan  akan merasakan pekerjaan sebagai hal yang luhur dan bernilai sehingga membuat mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja.
Banyak pemerintahan yang telah merumuskan visi dan misi, namun gagal dalam menanamkan nilai karena visi dan misi hanya ada pada tataran konsep tanpa implementasi. Visi dan misi hanya menjadi pajangan dan tidak keluar menjadi perilaku (behaviour). Oleh karenanya nilai itulah yang menjadi fondasi. Kita bisa melihat bagaimana sebanyak 872 orang Sarjana baik S-2 dan Sarjana S-1 dengan berbagai kosentrasi lulusan bisa ekspansi ke seluruh tanah Papua. Tetapi lapangan pekerjaannya terbatas maka, ada hal yang perlu di perhatikan ini disebabkan karena 7 nilai Bushido, yaitu:
  1. Gi (Integritas)
  2. Yu (Keberanian)
  3. Jin (Kemurahan hati),
  4. Rei (Menghormati)
  5. Makoto atau Shin (Kejujuran dan Tulus-Ikhlas)
  6. Meiyo (Kehormatan/Menjaga Kehormatan Diri
  7. Chugo (Loyal/Setia).
Dengan fondasi nilai Bushido maka apapun jenis Program Kerja Pemerintah Daerah atau, apapun sistem yang dipakai, maka Pemerintahannya tersebut akan kokoh, ibarat rumah yang kuat fondasinya. Seperti badan ada jiwanya, seperti itulah pemerintah yang memiliki nilai yang kuat. Kode etik mengenai hal yang harus dimiliki apa yang boleh dan tidak boleh harus jelas dan dilaksanakan dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Pemerintah Daerah/Kota ataupun negara. Hal inilah yang luput ditanyakan dan dinilai dari debat pasangan Bupati Yahukimo Bangkit. Tidak cukup hanya membahas atau merumuskan visi dan misi namun perlu nilai sebagai fondasinya. Membangun Daerah tanpa nilai, sama saja dengan membangun rumah namun tanpa fondasi.
Kebiasaan Pemerintah Daerah Bupati maupun Wakil Bupati jadikan Yahukimo sebagai TAMU selesai datang kembali ke kota yang sudah maju seperti pemimpin-pemimpin membangun dengan anggaran yang sama dari APBDN, APBD dan Pendapatan Lain Yang Sah. artinya mereka mampu mempertahankan misi inti dan nilai inti sebagai budaya, itulah fondasi korporasi atau dengan kata lain "culture".